“If I have seen further, it is by standing on the shoulders of giants.” – Isaac Newton
Pernah nggak kamu ngerasa karier itu kayak jalan panjang yang bikin bingung? Kita udah jalan jauh, tapi nggak yakin arahnya benar. Ada saat-saat kita berhenti, ngeliat sekeliling, lalu mikir, “Harusnya saya ke mana ya?”
Di titik itu saya baru sadar pentingnya punya mentor. Seseorang yang udah pernah jalan lebih dulu, yang ngerti jalur mana yang bikin kita lebih cepat sampai. Bukan berarti mereka bisa bikin kita sukses dengan instan, tapi mereka bisa nunjukin arah biar kita nggak salah langkah terlalu lama.
Mentor Itu Bukan Sekadar Guru
Banyak orang langsung membayangkan sosok luar biasa ketika mendengar kata “mentor”. Seolah-olah harus orang terkenal, CEO, atau tokoh publik. Padahal kenyataannya lebih sederhana. Mentor adalah orang yang mau berbagi pengalaman, entah itu senior, atasan, atau bahkan teman yang lebih dulu belajar sesuatu.
Bedanya dengan guru, mentor biasanya nggak formal. Mereka nggak selalu ngajarin lewat kelas atau materi tertulis, tapi lewat cerita, pengalaman, dan contoh nyata. Kadang malah muncul dari obrolan ringan sambil ngopi. Dan sering kali, pelajaran yang datang dari situ justru lebih membekas daripada satu semester kuliah.
Saya masih inget waktu pertama kali kerja. Saya canggung banget kalau harus presentasi di depan klien. Sampai akhirnya, atasan saya bilang dengan kalimat sederhana, “Kamu nggak perlu hafal semua kata. Yang penting ngerti inti pesan yang ingin kamu sampaikan.” Rasanya kayak dikasih kunci yang membuka branks. Sejak itu, saya lebih percaya diri.
Pengalaman Pertama Dapat Mentor
Dulu saya kira belajar kerja itu harus lewat trial and error. Tabrak sana, jatuh sini, lalu pelan-pelan mengerti. Tapi ternyata punya mentor bisa bikin proses itu jauh lebih cepat.
Di pekerjaan pertama, saya beruntung ketemu senior yang sabar banget. Dia bukan tipe orang yang cuma kasih perintah, tapi ngajarin sambil nunjukin. Saya masih ingat bagaimana dia ngajarin bikin laporan yang rapi, menjelaskan strategi menghadapi klien yang rewel, sampai cara sederhana menjaga hubungan baik dengan tim.
Waktu itu saya nggak sadar kalau itu bentuk mentoring. Saya pikir, “Oh, ini cuma bantuan kecil.” Tapi setelah pindah ke tempat lain, baru terasa betapa berharganya pengalaman itu. Rasanya kayak ada orang yang kasih petunjuk jalan, jadi saya nggak harus jatuh di lubang yang sama berulang kali.
Bedanya Mentor dengan Teman Curhat
Banyak orang bilang, “Kan bisa aja tanya ke teman?” Memang bisa, tapi rasanya beda. Teman biasanya cuma bisa kasih saran dari sudut pandang yang sama-sama masih belajar.
Mentor lain cerita. Mereka pernah ngalamin hal yang kita hadapi sekarang. Jadi waktu mereka ngasih saran, itu bukan sekadar teori. Mereka tahu konsekuensinya, mereka bisa bilang, “Kalau kamu pilih ini, biasanya hasilnya akan begini.” Itu pengalaman nyata, bukan dugaan.
Teman curhat bikin kita lega. Mentor bikin kita maju. Dua-duanya penting, tapi fungsinya beda.
Cara Menemukan Mentor
Saya sering dengar orang bilang susah cari mentor. Padahal kalau dipikir, mentor bisa muncul dari mana aja.
Banyak orang hebat ada di sekitar kita, hanya saja kita kadang nggak sadar. Senior di kantor, atasan yang lebih berpengalaman, atau bahkan rekan kerja yang udah duluan melewati fase tertentu bisa jadi mentor. Kadang kita terlalu sibuk mencari sosok “besar”, sampai lupa kalau orang terdekat justru yang paling relevan.
Selain itu, ruang komunitas juga sering jadi tempat lahirnya hubungan mentor dan mentee. Dunia profesional sekarang punya banyak wadah, mulai dari forum diskusi, kelas online, sampai komunitas hobi. Dari obrolan sederhana, sering kali muncul hubungan yang lebih dalam, apalagi kalau ketemu orang yang ternyata ngalamin jalan karier mirip dengan kita.
Hal lain yang penting adalah keberanian untuk memulai percakapan. Mentor biasanya hadir dari interaksi sehari-hari. Kalau kita nggak berani nanya atau minta pendapat, ya nggak akan ada cerita. Kadang cukup dengan kalimat sederhana, “Mbak, boleh nggak saya minta saran soal ini?” Dari situ percakapan bisa berkembang lebih jauh.
Dan jangan lupa, realistis sama ekspektasi. Mentor bukan superhero yang selalu siap kapan pun kita panggil. Mereka juga punya kesibukan. Jadi jangan terlalu berharap mereka bisa hadir setiap kali kita butuh. Justru dengan memanfaatkan momen singkat, kita bisa dapet insight yang dalam tanpa harus menguras waktu mereka.
Saya sendiri pernah ngalamin hal itu. Waktu ikut komunitas, awalnya cuma ngobrol santai soal hobi. Tapi ternyata orang yang saya ajak ngobrol punya pengalaman kerja yang relevan banget sama kondisi saya saat itu. Dari situ, hubungan mentoring terbentuk dengan natural, tanpa perlu ada kontrak resmi.
Tantangan dalam Punya Mentor
Walaupun banyak manfaat, bukan berarti semua hal tentang mentor mulus. Ada beberapa tantangan yang sering muncul.
Kadang kita minder duluan. Ngerasa nggak pantas minta waktu mereka. Atau takut dianggap ganggu. Padahal, kebanyakan mentor justru senang kalau ada yang serius mau belajar. Mereka melihat itu sebagai kesempatan buat berbagi, dan biasanya nggak masalah asal kita menghargai waktu mereka.
Ada juga tantangan soal waktu. Mentor nggak selalu bisa diajak ngobrol panjang. Jadi kita harus bisa memanfaatkan momen singkat. Bahkan, satu kalimat mereka aja bisa bikin kita mikir berhari-hari. Itu sebabnya penting untuk datang dengan pertanyaan jelas, bukan sekadar basa-basi.
Dan yang paling penting, mentor juga manusia biasa. Mereka bisa salah. Mereka punya sudut pandang yang terbentuk dari pengalaman mereka sendiri. Jadi wajar kalau kadang nggak semua nasihat cocok buat kita. Tugas kita adalah menyaring, mengambil yang sesuai, lalu menjalani perjalanan dengan cara kita sendiri.
Apa yang Saya Pelajari dari Mentor
Kalau saya rangkum, ada tiga hal utama yang saya dapat dari para mentor sepanjang perjalanan karier.
Hal pertama adalah belajar dari kegagalan orang lain. Mentor biasanya nggak sungkan cerita kesalahan yang pernah mereka buat. Dari situ kita bisa tahu mana yang harus dihindari, jadi nggak perlu jatuh di lubang yang sama.
Hal kedua adalah mendapatkan sudut pandang baru. Kadang kita terlalu terjebak di masalah kecil. Mentor bisa ngajak kita mundur selangkah dan lihat gambaran besar. Dari situ, masalah yang tadinya terasa berat sering kali jadi lebih sederhana.
Hal ketiga, dan menurut saya yang paling penting, adalah rasa percaya diri. Ada sosok yang bilang, “Kamu bisa kok,” itu rasanya beda. Itu bikin kita berani melangkah, bahkan ketika masih ragu.
Saya pernah ada di momen itu. Waktu ditawari promosi, saya takut nggak sanggup. Mentor saya bilang, “Kalau nunggu siap, kamu nggak akan pernah merasa siap.” Dan ternyata bener, setelah dijalanin, saya bisa berkembang lebih cepat.
Kalau Kamu Lagi Cari Mentor
Buat kamu yang mungkin lagi bingung soal karier, jangan nunggu mentor dateng nyamperin. Kita yang harus cari. Mulailah dari percakapan sederhana, entah itu minta saran atau sekadar tanya pengalaman. Dari situ, biasanya hubungan akan berkembang sendiri.
Yang nggak kalah penting, tunjukkan bahwa nasihat mereka benar-benar kita praktikkan. Mentor akan lebih semangat berbagi kalau mereka lihat usaha kita. Itu bentuk penghargaan yang paling nyata.
Tapi ingat juga, jangan terlalu bergantung. Mentor bukan solusi untuk semua masalah. Mereka hanya teman perjalanan yang udah duluan sampai di satu titik. Sisanya tetap harus kita hadapi sendiri.
Mentor bukan jalan pintas menuju sukses. Kita tetap harus kerja keras, tetap harus jatuh bangun. Tapi punya mentor bisa bikin perjalanan lebih jelas, lebih terarah, dan lebih cepat.
Kalau karier itu seperti mendaki gunung, mentor adalah pemandu yang sudah mengetahui seluk-beluk gunung tersebut. Mereka kasih tanda jalan, bilang mana yang licin, mana yang lebih aman. Kita tetap harus jalan sendiri, tapi dengan bekal petunjuk yang lebih baik.
Kalau kamu lagi merasa bingung dengan karier, mungkin jawabannya bukan kerja lebih keras, tapi mencari orang yang bisa jadi mentor. Seseorang yang udah pernah ngalamin hal yang sama, yang bisa kasih cahaya di jalan yang gelap.
Karier itu maraton, bukan sprint. Dan kita nggak harus jalan sendirian. Mentor ada untuk bikin perjalanan lebih berarti.